Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

ABU UBAIDAH BIN AL JARRAH


Abu Ubaidah bin al-Jarrah ra merupakan salah seorang sahabat Nabi Muhammad SAW. Ia lahir di Mekah, di sebuah rumah keluarga suku Quraisy terhormat. 

Abu Ubaidah memiliki nama lengkapnya adalah Amir bin Abdullah bin Jarrah yang dijuluki dengan nama Abu Ubaidah. Ia merupakan seorang yang berperawakan tinggi, kurus, berwibawa, bermuka ceria, rendah diri dan sangat pemalu.

Abu Ubaidah termasuk orang yang berani ketika dalam kesulitan, ia disenangi oleh semua orang yang melihatnya, siapa yang mengikutinya akan merasa tenang.

Abu Ubaidah termasuk orang yang masuk Islam dari sejak awal, ia memeluk Islam selang sehari setelah Saidina Abu Bakar as-Shiddiq ra memeluk Islam. 

Abu Ubaidah masuk Islam bersama Abdurrahman bin Auf, Uthman bin Mazun dan Arqam bin Abu al-Arqam, di tangan Abu Bakar as-Shiddiq. 

Sayidina Abu Bakarlah yang membawakan mereka menemui Rasulullah SAW untuk menyatakan syahadat di hadapan Baginda Rasulullah SAW. 

Kehidupan Abu Ubaidah tidak jauh berbeda dengan kebanyakan sahabat lainnya, diisi dengan pengorbanan dan perjuangan menegakkan Din Islam.

Hal itu tampak ketika beliau harus hijrah ke Ethiopia pada gelombang kedua demi menyelamatkan aqidahnya. Namun kemudian beliau balik kembali untuk menyertai perjuangan Rasulullah SAW.

Sebagaimana muslim lainnya, Abu Ubaidah juga mengalami masa yang sulit di Mekkah dalam periode awal perkembangan Islam. Ia harus menelan hinaan dan menghadapi berbagai kekerasan. Akan tetapi, setiap ujian dan kesulitan hidup yang ia alami justru kian menguatkan imannya kepada Allah Ta’ala dan Rasul-Nya, bahkan tatkala ia harus menjalani salah satu ujian terberatnya, yaitu terlibat di Perang Badar.

Abu Ubaidah termasuk salah satu yang berada di barisan terdepan, bertempur dengan gagah berani, tak bergeming oleh ancaman kematian yang nyata di depan mata. 

Oleh karenanya, banyak pasukan Quraisy yang takut berhadapan langsung dengannya, kecuali satu orang yang senantiasa membuntuti dan mengejarnya kemana pun dia pergi. Ia lah satu-satunya yang Abu Ubaidah sendiri enggan berhadapan langsung dengannya. 

Namun kali itu, pertempuran dengan orang tersebut tak dapat dielakkan lagi. Keduanya kini berhadapan satu sama lain dan saling menghunuskan pedangnya. 

Tidak ada pilihan lain bagi Abu Ubaidah di tengah kecamuk perang yang dahsyat tersebut kecuali menuntaskan pertempuran itu. Maka ia melancarkan serangan telak dan mematikan tepat di kepala orang tersebut sehingga tubuhnya jatuh ke tanah dan ia pun meninggal saat itu juga.

angan tanya siapa orang yang Abu Ubaidah senantiasa enggan berhadapan dengannya itu. Sungguh, itu adalah pengalaman terberat yang pernah dialami seorang insan, bahkan hampir tak mungkin walaupun untuk sekadar dibayangkan. 

Pria yang tersungkur mati itu tak lain adalah Abdullah bin Jarrah, ayah dari Abu Ubaidah! Sebagai seorang anak, tentu tidak pernah terbersit sedikit pun di kepala Abu Ubaidah untuk mengakhiri hidup ayah kandungnya sendiri. 

Akan tetapi, dalam sebuah perang kebenaran melawan kebatilan, pilihan yang ada baginya amatlah jelas, meski tak mudah untuk dijalani. Pada hakikat kehidupan yang lebih dalam, Abu Ubaidah tidaklah sedang memerankan seorang anak yang membunuh ayahnya, melainkan sebuah representasi dari kebenaran yang harus menumpas habis benih-benih kekafiran yang ada dalam diri ayahnya.

Sikap yang ditunjukkan Abu Ubaidah saat berhadapan dengan ayahnya itu sebenarnya tidaklah mengejutkan. Abu Ubaidah telah menerima kekuatan Cahaya Iman, keyakinan yang dalam akan jalan Allah dan perhatian yang tinggi dalam membangun umat Nabi yang sangat dicintainya – Muhammad SAW. (imr)


Posting Komentar untuk "ABU UBAIDAH BIN AL JARRAH"